Pengaruh Cyber-bullying pada Dunia Remaja dan Anak-anak

PENGARUH CYBER-BULLYING PADA DUNIA REMAJA DAN ANAK-ANAK

Cyber-bullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyber bullying adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital atau telepon seluler.
Cyber bullying dianggap valid bila pelaku dan korban berusia di bawah 18 tahun dan secara hukum belum dianggap dewasa. Bila salah satu pihak yang terlibat (atau keduanya) sudah berusia di atas 18 tahun, maka kasus yang terjadi akan dikategorikan sebagai cyber crime atau cyber stalking (sering juga disebut cyber harassment).
Bentuk dan metode tindakan cyber bullying amat beragam. Bisa berupa pesan ancaman melalui e-mail, mengunggah foto yang mempermalukan korban, membuat situs web untuk menyebar fitnah dan mengolok-olok korban hingga mengakses akun jejaring sosial orang lain untuk mengancam korban dan membuat masalah. Motivasi pelakunya juga beragam.Ada yang melakukannya karena marah dan ingin balas dendam, frustrasi, ingin mencari perhatian bahkan ada pula yang menjadikannya sekadar hiburan pengisi waktu luang.Tidak jarang, motivasinya kadang-kadang hanya ingin bercanda.

Cyberbullying Berpengaruh Terhadap Psikologis Korban

Tetapi tahukah anda jika Cyberbullying ternyata dapat mempengaruhi psikologis korban? Menurut penelitian yang bertajuk Growing Up Online – Connected Kids yang dilaksanakan oleh Kaspersky Lab dan juga icon Kids & Youth pada bulan Agustus 2016 lalu. Cyberbullying merupakan sebuah ancaman yang bahkan jauh lebih berbahaya bagi anak-anak daripada yang banyak orang tua perkirakan.
Hasil penelitian Kaspersky menyatakan bahwa ada 13 persen anak-anak dan 21 persen orang tua menganggap bahwa kejahatan yang dilakukan melalui internet tidak berbahaya. Di saat yang sama, 16 persen anak-anak yang mengikuti survei justru lebih takut ditindas melalui internet atau online dibandingkan dengan penindasan di dunia nyata. Sementara itu, setengah dari anak-anak yang melakukan survei merasa takut ditindas baik di dunia maya maupun di dunia nyata.
Berdasarkan penelitian, bullying di internet ternyata dapat menimbulkan dampak negatif yang serius terhadap emosional korban. Orang tua dari 37 persen korban Cyberbullying melaporkan bahwa kepercayaan diri anak mereka terganggu. 30 persen melihat penurunan dalam proses belajar di sekolah, dan bahkan ada 28 persen yang melaporkan bahwa anak mereka mengalami depresi akibat kejahatan di internet ini.


Indonesia Memiliki Kasus Cyberbullying Tertinggi Kedua di Dunia

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Latitude News, Indonesia menjadi negara yang memiliki kasus Cyberbullying tertinggi kedua di dunia setelah negara Jepang. Di Indonesia 74 persen kasus Cyberbullying dilakukan melalui jejaring sosial Facebook dan 44 persen melalui jejaring sosial lainnya.
Menurut salah seorang psikolog yang praktek di Rumah Sakit Pondok Lathif Jakarta bernama Roslina Verauli, M.Psi, selain dapat mengganggu emosional korban ternyata tidak menutup kemungkinan korban Cyberbullying akan menjadi pelaku bullying juga. Dengan begitu, ada kemungkinan tindak kekerasan di dunia maya ini akan semakin luas seiring berkembangnya zaman.
Dilansir oleh stopbullying.gov, bullying dapat berakibat pada meningkatnya perasaan sedih dan kesendirian pada korban pembullyan. Kejahatan cyber ini juga berpengaruh terhadap perubahan pola tidur dan makan akibat rasa cemas yang dialami korban. Rasa cemas tersebut dapat menimbulkan hilangnya minat pada kegiatan yang biasa korban kerjakan. Bahkan jika terus dibiarkan, dampak tersebut akan terus terbawa hingga korban beranjak dewasa.

Dampak Negatif dari perilaku Cyber-Bullying pada Remaja

1. Jadi Pelaku Bullying
“Bukan tidak mungkin korban bully jadi pelaku bullying juga. Misalnya dia di lingkungan rumah di-bully, akhirnya mengetahui tentang hal-hal apa saja yang bisa dijadikan sebagai bahan untuk membully, lalu di sekolah atau tempat lain jadi bully,” tutur Roslina Verauli, M.Psi, psikolog yang berpraktik di RS Pondok Indah Jakarta.
Uniknya sebuah studi dari Inggris menemukan anak tengahlah yang paling sering melakukan bullying, terutama karena mereka harus berebut perhatian orang tua dengan si sulung dan si bungsu. Dan anak-anak yang melakukan bullying di rumah juga cenderung melakukan hal yang sama saat di sekolah. Anak yang terbiasa melakukan kekerasan terhadap saudara kandungnya sendiri kemungkinan besar akan membawa sifat ini saat bermain dengan teman-temannya.

2. Sakit Jantung
Keluhan kesehatan akibat bullying ada beragam, tergantung kondisi fisik dan mental si korban ketika menghadapi bullying.Pemerhati anak Seto Mulyadi mengungkapkan trauma yang dirasakan para korban bullying bisa membuatnya jatuh sakit. “Ketakukan karena ada ancaman terus-menerus jadinya jantung terganggu atau darah tinggi,” tegasnya.

3. Depresi
Hasil riset dari Brown University mengungkapkan pelaku bullying berisiko dua kali lipat mengalami depresi, kecemasan dan gangguan pemusatan perhatian daripada si korban. Sedangkan riset lain dari University of Essex UK pun menemukan orang-orang yang terlibat dalam bullying, baik sebagai korban maupun pelaku bullying atau biasa disebut dengan ‘bully-victims’ berisiko enam kali lipat terserang sakit kronis saat beranjak dewasa, di samping memiliki kebiasaan merokok dan mengidap gangguan psikiatri tertentu.

4. Penurunan Prestasi
Dalam stopbullying.gov juga dikatakan efek dari bullying adalah absensi anak di sekolah. Karena tindakan bullying kerap didapatkan si korban di sekolah maka mereka jadi malas sekolah dan sering membolos. Pada akhirnya mereka tak lagi tertarik pada pelajaran, nilai akademik menurun dan tidak menutup kemungkinan untuk mengalami DO (drop out).

5. Melakukan Tindak Kriminal
stopbullying.gov juga menekankan pem-bully atau korban sama-sama berisiko melakukan tindak kriminal sebagai bentuk pelampiasan atas kekerasan sosial yang mereka alami. Biasanya terlibat dalam perkelahian, vandalisme, mengonsumsi minuman keras atau menyalahgunakan obat-obatan terlarang.

6. Perilaku Agresif
Selain cenderung melakukan tindak kriminal, baik pembully atau korban sama-sama berisiko melakukan perilaku agresif misal lebih mudah memukul dan berkelahi serta cenderung melakukan aktivitas seks di usia dini, terutama bila sejak kanak-kanak sudah rutin di-bully.
Bahkan mereka dikatakan berisiko membawa perilaku ini hingga beranjak dewasa. Tidak menutup kemungkinan hal serupa akan dilampiaskan pada seseorang.

7. Bunuh Diri
Ini menunjukkan betapa ngerinya dampak bullying terhadap kondisi psikologis seseorang. Bila tak cuek, bullying dapat menyebabkan si korban jadi depresi yang pada akhirnya bisa berujung pada ketidakpuasan hidup dan munculnya inisiatif untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
Pemerhati anak dari Komnas Perlindungan Anak, Seto Mulyadi sendiri mengaku pernah menangani seorang remaja yang hampir bunuh diri karena tidak tahan cibiran dan ejekan teman-temannya di sekolah. Begitu pula dengan banyak kasus bunuh diri akibat bullying yang terjadi di Barat. Misal Amanda Todd (15) dari Kanada yang bunuh diri karena foto-foto vulgarnya tersebar di dunia maya atau Helena Farrell (15) dari Inggris hanya karena terlahir dengan rambut merah (ginger hair).

Dampak Positif dari Cyber-Bullying pada Remaja
Seperti yang kita ketahui bullying itu kegiatan yang sia sia dan berkonotasi negatif. Tetapi kira-kira ada dampak positifnya nggak ya? Sebenarnya setiap masalah, pasti ada dampaknya, maupun positif dan negatif. Lalu apa saja dampak positif bullying?

 Dampak positifnya adalah Bullying bisa menjadi stressor positif bagi remaja yang kuat fisik dan mental dalam menjalani hidupnya. Remaja yang terkena bullying akan termotivasi untuk berani membela dirinya dihadapan orang lain, membela teman (berjiwa ksatria), lebih proaktif dan tanggap akan permasalahan yang dihadapi, timbul keinginan untuk belajar lebih giat (karena mendapat ejekan masalah akademik), timbul rasa setia kawan yang tinggi karena ada rasa peduli akan derita teman, bisa mengontrol emosi dengan baik, lebih percaya diri karena merasa dirinya memiliki harga diri yang pantas untuk dihargai dan dihormati (tidak mau disakiti), meningkatkan keberanian berkomunikasi, menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam diri sendiri (introspeksi diri), menjadi lebih dewasa dalam bersikap, berusaha bangkit dan menjadi pribadi yang tanggung dan kuat secara fisik dan mental, berani menghadapi tantangan dan cobaan hidup, lebih dekat dengan orang tua dan guru.

Sumber :


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS I : KELEBIHAN & KEKURANGAN 6 IDEOLOGI

MAKNA NILAI SILA-SILA DALAM PANCASILA

TUGAS II : HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 & PASAL-PASALNYA