MAKNA NILAI SILA-SILA DALAM PANCASILA







Nama : Syifa Luthfia . P
NPM : 16515782
Kelas : 1PA 04
Fakultas : Psikologi
Jurusan : Psikologi
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

MAKNA NILAI-NILAI SETIAP SILA PANCASILA

Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia yang berasal dari ajaran budha dalam kitab tripitaka dua kata: panca yang berarti lima dan syila yang berarti dasar. Jadi secara leksikal Pancasia bermakna lima aturan tingkah laku yang penting. Pengertian Pancasila menurut Ir.Soekarno, Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia yang turun-temurun sekian lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan demikian, Pancasila tidak hanya falsafah bangsa tetapi lebih luas lagi yakni falsafah bangsa Indonesia.

Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang dalam, yang kemudian dituangkan dalam suatu “sistem” yang tepat. Sedangkan Notonagoro (Ruyadi, 2003:16) menyatakan, Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakekat dari Pancasila.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat, memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri, yang membedakannya dengan sistem filsafat lain.

Berikut ini adalah makna-makna dari setiap sila dalam pancasila :
  1. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa ;
Menuntut setiap warga negara mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta dan tujuan akhir, baik dalam hati dan tutur kata maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Konsekuensinya adalah Pancasila menuntut umat beragama dan kepercayaan untuk hidup rukun walaupun berbeda keyakinan. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan oleh karenanya manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

  • ·         Contoh Positif:

Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Misalnya, di setiap negara pasti banyak bertebaran kepercayaan atau pegangan umat manusia. Tak terkecuali Indonesia, di Indonesia terdapat beberapa agama (Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu, dsb) dan Indonesia menyediakan tempat khusus beribadah masing-masing seperti Masjid & Musholla untuk umat Islam, Gereja untuk umat Kristen dan sebagainya. Dan para masyarakat menjalankan kewajiban dan mempercayai agama dan kepercayaan masing-masing dan dilarangnya unsur SARA terutama dalam hal beragama. Juga saling menghormati saat hari raya masing-masing.

  • ·         Contoh Negatif:

Menghina dan tak menghormati agama lain.
Misalnya, di Indonesia akhir-akhir ini sering terjadi perseteruan mengenai unsur SARA, termasuk masalah agama. Perseteruan mengenai agama mana yang seharusnya dipercaya dan masyarakat banyak pula saling melecehkan agama satu sama lain bahkan tak jarang yang menggunakan kekerasan.

  1. Sila Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab ;
Mengajak masyarakat untuk mengakui dan memperlakukan setiap orang sebagai sesama manusia yang memiliki martabat mulia serta hak-hak dan kewajiban asasi. Dengan kata lain, ada sikap untuk menjunjung tinggi martabat dan hak-hak asasinya atau bertindak adil dan beradap terhadapnya. Sila in menjamin diakui dan diperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, yang sama derajatnya, yang sama haknya dan kewajiban-kewajiban azasinya, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, dan keparcayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. Karena itu dikembangkanlah sikap saling ,mencintai sesama manusia, sikap tenggang rasa serta sikap tidak terhadap orang lain.
Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran dan keadilan. Manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.


  • ·         Contoh Positif:

Menghargai orang-orang yang memiliki perbedaan dengan kita, misal dalam hal fisik, derajat sosial maupun pendapat.
Misalnya, di Indonesia telah banyak komunitas-komunitas gerakan para remaja untuk menjadi sukarelawan dalam menyejahterakan para anak-anak jalanan ataupun orang-orang yang kurang mampu (baik fisik maupun derajat sosial) dan menghargai hal-hal kecil seperti menghormati pilihan maupun pendapat orang lain.

  • ·         Contoh Negatif:

Membeda-membedakan dalam hal memilih teman atau pasangan.
Misalnya, di Indonesia telah terjadi banyak kasus pembullyan bahkan dimulai sejak anak-anak. Entah itu dari golongan laki-laki maupun perempuan. Biasanya pembullyan terjadi karena hal-hal perbedaan (cacat, warna kulit, ras, suku, agama, / SARA) dan tak segan-segan membuat satu sama lain merasa tak menghargai dirinya sendiri maupun orang lain, dan berujung pada balas dendam bahkan bunuh diri.

  1. Sila Ketiga, Persatuan Indonesia ;
Menumbuhkan sikap masyarakat untuk mencintai tanah air, bangsa dan negara Indonesia, ikut memperjuangkan kepentingan-kepentingannya, dan mengambil sikap solider serta loyal terhadap sesama warga negara.
Menempatkan manusia Indonesia pada persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Menempatkan kepentingan negara dan bangsa di atas kepentingan pribadi, berarti manusia Indonesia sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan Negara dan Bangsa, bila diperlukan sikap rela berkorban untuk kepentingan negara dan Bangsa, maka dikembangkanlah rasa kebangsaan dan bertanah air Indonesia, dalam rangka memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Persatuan dikembangkan tas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia.


  • ·         Contoh Positif:

Bangga menjadi warga negara Indonesia.
Misalnya, masyarakat memakai baju batik dan dibuat hari Batik Nasional pada tanggal 2 Oktober. Masyarakat mengembangkan gaya batik menjadi trend masa kini dan bukan hanya sekedar kain atau baju biasa. Dimodifikasi menjadi tas, dompet, sepatu, dsb. Bahkan batik sudah mulai diperkenalkan ke luar negeri dan menarik minat para masyarakat luar dan menjadi salah satu kebanggaan khas asli Indonesia.

  • ·         Contoh Negatif:

Tidak ikut andil dalam perkembangan Indonesia.
Misalnya, masyarakat masih membuang sampah sembarangan padahal sudah tersebar dimanapun plang bertuliskan “Buanglah Sampah pada Tempatnya”, ataupun misal hal-hal bencana seperti Banjir, masyarakat hanya menyalahkan pihak pemerintah karena pemerintah lalai dalam hal penanggulangan banjir. Sedangkan masyarakat patut turut disalahkan karena tidak ikut andil dalam membantu pemerintah menjaga lingkungan. Dan ujung-ujungnya pun terjadi perseteruan seperti demo dan sebagainya.

  1. Sila Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan ;
Mengajak masyarakat untuk bersikap peka dan ikut serta dalam kehidupan politik dan pemerintahan negara, paling tidak secara tidak langsung bersama sesama warga atas dasar persamaan tanggung jawab sesuai dengan kedudukan masing-masing. menempatkan manusia Indonesia pada persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan Bangsa dan Negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

  • ·         Contoh Positif:

Ikut andil dalam berpolitik.
Misalnya, para masyarakat turut andil dan bermusyawarah dengan bijak dan melihat sisi positif dan negatif setiap hal (pertimbangan) dengan tetangga ataupun keluarga dalam hal politik seperti pemilihan Ketua RT/RW, Lurah bahkan sampai pemilihan Presiden.


  • ·         Contoh Negatif:

Menganggap yang mayoritas yang memenangkan segalanya tanpa memandang pendapat golongan lain dan bersikap acuh.
Misalnya, di Indonesia seringkali terjadi perseteruan antar golongan karena membudidayakan mayoritas sebagai pemenang tanpa mempertimbangkan pendapat golongan lain yang kadangkali itu adalah pendapat yang baik, sedangkan pendapat mayoritas itu tidak benar.

  1. Sila Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia ;
Mengajak masyarakat aktif dalam memberikan sumbangan yang wajar sesuai dengan kemampuan dan kedudukan masing-masing kepada negara demi terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi seluruh rakyat. Manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan soial dalam kehidupoan masyarakat Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta menghormati hak-hak orang lain.

  • ·         Contoh Positif:

Pengembangan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong royongan.
Misalnya, adanya kegiatan kebersihan seperti gotong royong. Warga menciptakan unsur kerja sama dan kesepahaman hak dan kewajiban bersama untuk merasa nyaman bersama, untuk lelah bersama, untuk kepentingan bersama.

  • ·         Contoh Negatif:

Menghalangi hak orang lain.
Misalnya, masyarakat rajin membayar pajak dan membayar kewajiban sebagai warga negara yang baik dan untuk kesejaheteraan mereka pribadi namun pemerintah menyalahgunakan uang masyarakat untuk kepentingan pribadi dan tak menyediakan hak untuk kesejahteraan masyarakat dan menipu serta korupsi.



DAFTAR PUSTAKA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS I : KELEBIHAN & KEKURANGAN 6 IDEOLOGI

TUGAS II : HUBUNGAN PANCASILA DENGAN UUD 1945 & PASAL-PASALNYA